Jumat, 23 Desember 2016

PENDUGAAN BOBOT BADAN TERNAK DENGAN BERBAGAI MACAM RUMUS



Home Manajemen Pemeliharaan PENDUGAAN BOBOT BADAN TERNAK DENGAN BERBAGAI MACAM RUMUS
PENDUGAAN BOBOT BADAN TERNAK DENGAN BERBAGAI MACAM RUMUS
Hengky Syahpputra 12/24/2016
Pendugaan berat badan sangat penting dilakukan oleh para pemilik ternak untuk mengetahui bobot tubuh ternak. Cara ini merupakan cara lain untuk mengetahui berat badan ternak selain penimbangan berat badan. Apabila setiap kali harus selalu dilakukan penimbangan, hal ini dirasa kurang praktis di samping timbangan itu jumlahnya terbatas. Pada ternak potong, bobot badan menjadi salah satu hal yang penting diperhatikan karena produk utama dari sapi potong adalah daging dimana untuk mengetahui pertambahan bobot daging peternak perlu melakukan penimbangan terlebih dahulu. Selain dengan cara penimbangan ada banyak cara yang bisa digunakan salah satunya dengan menggunakan dugaan bobot dengan pita ukur atau dengan menggunakan berbagai rumus yang lazim digunakan seperti rumus shoorl, winter dan lain sebagainya.
Bobot badan merupakan bobot yang didapatkan selama sapi dipelihara dan dalam keadaan hidup, sedangkan bobot potong merupakan bobot yang ditimbang sesaat sebelum sapi dipotong (Narasasmita dan Mudikdjo, 1979). Bobot badan sapi merupakan salah satu indikator produktivitas ternak yang dapat diduga berdasarkan ukuran linear tubuh sapi (Kadarsih,2003). Perbedaan bobot badan dewasa sapi pedaging yang berbeda-bedaakan menghasilkan tingkat kegemukannya yang berbeda pula pada umur dan makanan yang sama (Parakkasi, 1999). Perbedaan bobot badan tersebut dikarenakan adanya perbedaan pertambahan bobot badan harian, rataan pakan yang dikonsumsi masing-masing individu, jumlah pertambahan otot tiap hari serta perbedaan jumlah lemak yang telah disimpan oleh tubuh. Perbedaan tersebut akan menjadikan komposisi tubuh atau frame size ternak berbeda (Field dan Taylor, 2002).
Ukuran-ukuran linear tubuh merupakan suatu ukuran dari bagian tubuh ternak yang pertambahannya satu sama lain saling berhubungan secara linear. Kadarsih (2003) menyatakan bahwa ukuran linear tubuh yang dapat dipakai dalam memprediksi produktivitas sapi antara lain panjang badan, tinggi badan, lingkar dada. Ukuran linear tubuh menurut Minish dan Fox (1979) dapat mengidentifikasi pola atau tingkat kedewasaan fisiologis ternak sehingga dapat dijadikan parameter penduga bobot badan ternak. Penentuan frame size menurut Field dan Taylor (2002) dapat ditentukan berdasarkan nilai parameter tubuh ternak tersebut.

TUJUAN PENDUGAAN BOBOT BADAN TERNAK:
1.   Memperkirakan BB ternak
2.   Menentukan harga penjualan dan pembelian
3.   Menaksir jumlah karkas

PENGUKURAN TUBUH TERNAK
1.   Panjang badan
a)   Panjang badan absolut : jarak antara samping tulang baku (tuberculum humeralis lateralis)sampai dengan ujung tulang duduk (tuberculum ischiadum)
b)   Panjang badan relatif : proyeksi (garis datar) dari pada panjang badan absolut
2.   Tinggi gumba/ tinggi pundak/ tinggi badan
            jarak lurus dari titik tertinggi tulang gumba sampai ke tanah datar
3.   Lingkar dada
Panjang melingkar/ keliling yang diukur pada bag dada tepat di bag belakang tulang gumba pada tulang rusuk ke 3-4
4.   Lebar dada
Jarak antara kedua bagian samping (lateral) kanan kiri tulang bahu
5.   Dalam dada
      Jarak antara titik tertinggi tulang gumba sampai dengan bagian tepi bawah tulang dada
A.  BEBERAPA RUMUS PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI :
1.   Rumus Schoorl :  BB = (LD + 22)2
                                             100
Keterangan :
a)   BB = Bobot Badan (kg)
b)   LD = Lingkar Dada (cm)
c)   Rumus ini hanya berlaku untuk sapi dewasa, sedangkan untuk pedet rumus ini kurang tepat, karena faktor penambah 22 untuk lingkar dada pada sapi yang sedang tumbuh terlalu besar.

2.   Rumus Winter : BB = (LD)2 X (PB)
                                             300
Keterangan :
a)   BB = Bobot Badan (pounds);
b)   LD = Lingkar Dada (inchi)
c)   PB = Panjang Badan (inchi)
d)   Rumus ini merupakan gabungan antara panjang badan dan lingkar dada (Willianson dan Payne, 1986).  Tingkat kesalahan rumus ini dibandingkan dengan penimbangan berkisar 2-6% (Soenarjo, 1988).

3.   Rumus Pendugaan yang digunakan di Denmark
BB = (LD + 18)2
             100
Keterangan :
a)   BB = Bobot Badan (kg)
b)   LD = Lingkar Dada (cm)

4. Rumus modifikasi : BB = LD (cm)²x PB (cm)
                                                        10.840
Keterangan :
BB : Bobot badan (kg)
LD : Lingkar dada (cm)
PB : Panjang badan (cm)

B.  RUMUS PENDUGAAN BOBOT BADAN UNTUK DOMBA/ KAMBING
1.   Rumus Ardjodarmoko (1975)
BB = (LD2) x (PB)
104
Keterangan :
a)   BB = Bobot Badan (kg)
b)   LD = Lingkar Dada (cm)
c)   PB = Panjang Badan (cm)
d)   Rumus ini merupakan penyempurnaan dari rumus Winter, yang diaplikasikan pada kambing / domba.

C.  RUMUS PENDUGAAN BOBOT BADAN UNTUK KERBAU
1.   Rumus Sutardi (1975)
BB (kg) = - 920,72 + 11,904 LD (cm) – 28,869 LD2
2.   Rumus Camoens (1976)
            Y = 40 TP – 11 LD – 450
            Keterangan :
a)   Y  = Bobot badan (pounds)
b)   TP = Tinggi Pundak (inchi)
c)   LD = Lingkar Dada (inchi)

Sejumlah peneliti mencoba membuktikan keakuratan rumus-rumus itu diuji-cobakan terhadap beberapa kelompok sapi antara bobot taksir dan bobot timbangan. Hasilnya rumus Scheiffer dan Lambourne lebih mendekati berat real sapi sebenarnya dengan tingkat kesalahan di bawah 10 persen. Sedangkan rumus Schoorl tingkat kesalahannya mencapai 22,3 persen. Perbedaan perhitungan berat pada mahluk hidup adalah wajar, karena bobot hewan sangat dipengaruhi situasi dan kondisi lingkungan, yakni gelisah (stress), habis makan, banyak minum atau baru buang feses. Hewan yang ditimbang sekalipun, akibat buruk perlakuan dan pengangkutan dapat menyebabkan susut tubuh 5-10%.
Dengan memperoleh angka taksiran bobot hidup, maka persentase karkas dan daging dapat segera diketahui. Karkas sapi berkisar 47-57 persen dari bobot hidupnya dan daging 75 persen dari karkas. Untuk domba persentase karkasnya sekitar 45 persen dan dagingnya 75 persen dari karkas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar